PERGIMULU.COM

Mau Pergi Liburan Kemana? Cari info di pergimulu.com saja!

Candi Canggal Magelang

Blog

Lokasi: Dusun Canggal, Kelurahan Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56484

Candi Borobudur, yang terletak di Dusun Canggal, Kelurahan Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merupakan salah satu aset sejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai objek wisata andalan dan juga terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, Candi Borobudur menjadi tujuan utama para turis yang ingin menikmati keindahan arsitektur kuno dan keagungan budaya Buddha.

Namun, Candi Borobudur bukanlah satu-satunya situs sejarah yang menarik untuk dikunjungi di kota Magelang. Di antara situs-situs sejarah lainnya, terdapat Candi Mendut yang juga memiliki daya tarik yang tidak kalah menarik. Candi Mendut merupakan bangunan bergaya Buddha yang didirikan pada abad ke-8, ketika Dinasti Syailendra berkuasa di Jawa Tengah.

Candi Mendut memiliki keunikan tersendiri dengan adanya relief yang terpahat rapi di dinding candi. Di dalam candi ini juga terdapat tiga buah arca yang saling berhadap-hadapan. Karena keunikannya, Candi Mendut menjadi salah satu candi paling populer di Magelang setelah Candi Borobudur.

Tidak hanya Candi Mendut, terdapat juga candi bercorak Hindu yang bernama Canggal, atau lebih dikenal dengan sebutan Candi Gunung Wukir. Candi Gunung Wukir ini merupakan candi tertua di Jawa Tengah yang telah berdiri sejak masa pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno.

Kompleks percandian Candi Gunung Wukir memiliki ukuran 50 x 50 meter dan terdiri dari empat bangunan utama, yaitu satu candi induk dan tiga candi perwara yang berada di depannya. Pola ini merupakan pola yang umum dijumpai pada candi-candi di Jawa Tengah.

BACA JUGA :  10 Rekomendasi Tempat Outbound Sentul Seru dan Asyik Yang Bisa Kamu Jadikan Pilihan, Simak Ini

Seluruh bangunan kompleks percandian Candi Gunung Wukir terbuat dari batu andesit dan dikelilingi oleh dinding dari reruntuhan candi. Di dalam kompleks percandian ini terdapat tiang-tiang batu kecil (lingga-lingga patok) dan periuk kecil dari tanah pada keempat sudut serta pertengahan tiap sisinya yang memiliki fungsi yang sama dengan candi sudut dan kelir di kompleks percandian Prambanan.

Terdapat juga arca yoni yang merupakan lambang wanita dengan ukuran cukup besar. Sayangnya, pengunjung tidak akan menjumpai bangunan secara utuh, hanya tersisa bagian dasarnya yang menyerupai altar. Lingga yang seharusnya tertancap pada yoni dan menjadi simbol pria tidak dapat dilihat lagi. Meski begitu, beberapa lingga tampak berserakan di sekeliling bangunan.

Candi induk di Candi Gunung Wukir juga hanya tinggal bagian kaki dan batur yang di atasnya terdapat lapik besar. Pada tahun 1937-1939 Masehi, penggalian halaman bangunan kuno itu dilakukan dan sebuah makara nan indah berhasil ditemukan. Pintu masuk situs candi ini berhiaskan kala makara dan terletak di sisi timur. Ambang atasnya ditemukan di desa terdekat dan sudah dipasang kembali.

Di depan pintu masuk, terdapat tiga candi perwara yang berderet dari utara hingga selatan. Bangunan paling utara sebagian besar dibangun lagi pada tahun 1938-1939, namun yang berdiri tegak tidak banyak. Hanya tersisa bagian kaki, batur, pagar langkan, dan sebuah pintu gerbang sederhana. Konstruksi bagian atasnya diperkirakan terbuat dari kayu, hal ini didukung oleh adanya lubang persegi pada batu-batu lantai yang kemungkinan digunakan sebagai penegak tiang kayu.

Di halaman candi ini terdapat beberapa batu candi dan arca yang diduga berasal dari tempat lain. Pengunjung dapat berkeliling sembari mengambil gambar untuk objek studi atau sekedar foto dengan latar belakang bangunan bersejarah tersebut sebagai kenang-kenangan.

Sejarah Candi Gunung Wukir dapat ditelusuri melalui prasasti yang ditemukan di kaki bukit Gunung Wukir pada tahun 1879. Prasasti ini berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi. Prasasti tersebut memberikan informasi tentang asal usul pembangunan Candi Gunung Wukir. Raja Sanjaya, salah satu raja dari Dinasti Syailendra yang pernah menguasai Jawa Tengah, terlibat dalam pembangunan candi ini.

Raja Sanjaya mendirikan sebuah punden lingga di atas bukit dan hal ini diperkuat dengan adanya lapik besar dan lingga pada candi induk. Prasasti ini juga menyebutkan tentang kebijakan Raja Sanna, paman dari Raja Sanjaya, yang bijaksana, adil, dan bermurah hati pada rakyatnya. Setelah Raja Sanna wafat, Raja Sanjaya ditunjuk sebagai pengganti dan diibaratkan dengan matahari.

Candi Gunung Wukir selalu menarik minat wisatawan, terutama bagi pecinta sejarah dan pengagum arsitektur bangunan kuno. Meskipun tidak sebesar dan seindah Candi Borobudur, Candi Gunung Wukir menampilkan keindahan dan kualitas tersendiri. Keunikan situs peninggalan sejarah ini membuat para pengunjung yang sengaja datang dari berbagai daerah merasa terpuaskan.

Lokasi Dimana

Candi Gunung Wukir terletak di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Untuk menuju ke lokasi, pengunjung dapat melewati Jalan Raya Magelang-Yogyakarta dan menempuh perjalanan selama sekitar 44 menit.

Alternatif lainnya adalah mengikuti rute berikut: Jalan Pajang – Jalan Perintis Kemerdekaan – Jalan Pemuda – Jalan Ikhlas – Jalan Jenderal Bambang Sugeng – Jalan Magelang – Jalan Ngluwar – Candi Gunung Wukir.

BACA JUGA :  Inilah Daftar Universitas Negeri Maupun Swasta di Banten Beserta Jurusannya, Manakah Yang Terbaik?

Namun, perlu diperhatikan bahwa jalur menuju ke area wisata ini cukup sulit, terutama jika pengunjung membawa kendaraan pribadi. Jalur menuju Candi Gunung Wukir hanya bisa dilalui melalui jalan setapak, mulai dari rumah warga, jembatan, hutan bambu, dan jalur yang sedikit menanjak. Jarak lokasi dari desa terakhir sekitar 1 km.

Meskipun jalur menuju Candi Gunung Wukir agak sulit, kompleks percandian ini tetap menarik minat wisatawan, terutama bagi mereka yang tertarik dengan sejarah dan keindahan arsitektur bangunan kuno. Keunikan situs ini membuat perjalanan yang sulit sebanding dengan kepuasan yang didapatkan oleh para pengunjung.


Raka Andhika

Raka adalah seorang penulis blog perjalanan yang bersemangat dan kreatif. Raka memiliki kecakapan dalam menulis narasi perjalanan yang menarik dan informatif. Sejak usia muda, Raka sudah memiliki kegemaran menjelajahi tempat-tempat baru dan berinteraksi dengan berbagai budaya, yang kemudian mendorongnya untuk membagikan pengalaman tersebut melalui tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *