PERGIMULU.COM

Mau Pergi Liburan Kemana? Cari info di pergimulu.com saja!

Candi Sukuh Karanganyar

Blog

Lokasi dan Fasilitas

Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi karena transportasi umum yang tersedia tidak representatif. Akses jalan menuju candi ini juga sempit, sehingga kendaraan pribadi menjadi pilihan yang lebih baik. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa kondisi jalan menuju candi ini cukup menantang, dengan jalan yang berliku-liku dan menanjak. Oleh karena itu, pengunjung perlu memiliki ketrampilan mengemudi di atas rata-rata dan memastikan kendaraan dalam kondisi prima sebelum berkunjung.

Sesampai di lokasi, pengunjung akan disambut oleh taman yang indah yang mengelilingi candi. Taman ini dirancang dengan sangat cantik dan sering digunakan sebagai latar belakang untuk foto prewedding atau brosur promosi pariwisata. Namun, fasilitas di kawasan candi ini masih sederhana. Terdapat area parkir yang cukup luas untuk kendaraan pengunjung. Selain itu, juga terdapat kamar mandi dan musholla yang dapat digunakan oleh pengunjung. Namun, fasilitas lainnya masih terbatas dan lebih bergantung pada partisipasi masyarakat sekitar.

Sejarah Singkat

Candi Sukuh pertama kali ditemukan pada tahun 1815 oleh Residen Surakarta bernama Jhonson, yang saat itu sedang melakukan penelitian untuk buku “The History of Java” yang ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles. Penelitian terhadap candi ini kemudian dilakukan oleh sejumlah arkeolog, seperti van der Vlis, Verbeek, Stutterheim, dan Knebel. Hasil penelitian mereka kemudian dibukukan dengan judul “Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto”.

Candi Sukuh memiliki bentuk yang berbeda dengan candi-candi Hindu dan Budha lainnya di Jawa. Bentuknya lebih mirip dengan situs-situs peninggalan budaya Maya di Meksiko dan situs budaya Inca di Peru, dengan struktur yang menyerupai bangunan piramida di Mesir. Hal ini telah menimbulkan berbagai teori tentang kemiripan bentuk antara Sukuh dengan situs-situs sejarah lainnya di berbagai belahan dunia.

BACA JUGA :  10 Klinik Kecantikan di Jakarta Ini Ramai Dikunjungi Kaum Hawa

Candi Sukuh didirikan pada abad ke-15, tepatnya antara tahun 1429-1446. Pendirinya diyakini berasal dari masyarakat Hindu Tantrayana. Candi ini juga dikenal sebagai candi termuda di antara candi-candi lain di Indonesia. Bukti keberadaan candi ini dapat dilihat dari sengkala memet yang tertera di gapura utama di teras pertama. Sengkala tersebut memiliki arti “Raksasa gapura memangsa manusia” dan jika diterjemahkan ke dalam angka, menghasilkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi. Angka ini kemudian dianggap sebagai tahun didirikannya atau dimulainya pembangunan candi ini.

Rute Menuju Lokasi

Untuk mencapai Candi Sukuh, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi. Dari Kota Solo, candi ini berjarak sekitar 36 km atau sekitar 20 km dari Kota Karanganyar. Meskipun relatif dekat, tidak ada transportasi umum yang dapat mengantar pengunjung hingga ke depan pintu gerbang candi. Oleh karena itu, penggunaan kendaraan pribadi, baik motor maupun mobil, sangat disarankan.

Rute menuju candi ini cukup mudah diikuti. Dari Kota Solo, pengunjung dapat mengikuti jalan menuju Tawangmangu hingga bertemu dengan Terminal Karangpandan. Setelah itu, belok ke arah kiri dan ikuti jalan tersebut sampai mencapai lokasi candi. Di sepanjang jalan, akan terdapat papan petunjuk arah menuju Candi Sukuh, sehingga pengunjung tidak akan kesulitan mencari lokasinya.

Bagi pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi, perjalanan dapat dimulai dari Terminal Tirtonadi di Kota Solo. Cari bus jurusan Tawangmangu dan turun di Terminal Pandan. Setelah itu, naik angkot atau bus yang menuju ke Pertigaan Nglorog. Dari pertigaan ini, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan jasa ojek untuk sampai di depan pintu gerbang candi.

BACA JUGA :  10 Rekomendasi Cafe Paling Hits di Daerah Garut Yang Bikin Ngobrol Sampai Lupa Waktu

Keunikan Candi Sukuh

Candi Sukuh memiliki banyak keunikan yang membuatnya menarik bagi wisatawan dan para arkeolog. Pertama, bentuk candi ini berbeda dengan candi-candi Hindu maupun Budha lainnya di Jawa. Bentuknya lebih mirip dengan situs-situs peninggalan budaya Maya di Meksiko dan situs budaya Inca di Peru. Strukturnya menyerupai bangunan piramida di Mesir. Hal ini membuat candi ini terlihat eksklusif dan berbeda dari candi-candi lainnya di Indonesia.

Selain itu, di kompleks candi ini banyak ditemui patung-patung, relief-relief, dan ornamen-ornamen vulgar. Dalam kacamata zaman sekarang, ornamen-ornamen ini dapat dianggap sebagai pornografi. Gambar dan bentuk phallus dan vagina, atau lingga dan yoni, dieksploitasi secara estetis di candi ini. Keberadaan ornamen-ornamen ini menambah kesan unik dan menarik bagi pengunjung.

Candi Sukuh juga memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Pendirinya berasal dari masyarakat Hindu Tantrayana pada abad ke-15. Candi ini juga dianggap sebagai candi termuda di Indonesia. Keberadaan candi ini juga menjadi bukti tentang hubungan budaya antara Indonesia dengan situs-situs sejarah lain di berbagai belahan dunia, seperti situs budaya Maya dan Inca.

Mitos dan Legenda

Candi Sukuh juga memiliki mitos dan legenda yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat. Salah satu mitos yang terkenal adalah tentang tes keperawanan dan keperjakaan. Konon, jika seorang gadis melangkahi relief berbentuk phallus di dalam lorong gapura, jika kain kebayanya robek, berarti dia masih perawan. Namun, jika kain kebaya tersebut terlepas, berarti dia sudah tidak perawan. Mitos ini juga berlaku untuk istri yang melangkahi relief tersebut, dengan tafsiran yang sedikit berbeda. Jika kain kebaya istri robek, berarti dia adalah istri yang setia. Namun, jika kain kebaya yang dikenakan terlepas, berarti dia pernah berselingkuh.

Selain itu, candi ini juga diyakini memiliki kekuatan mistis. Banyak orang yang datang ke candi ini untuk melakukan ritual tertentu, seperti ruwatan atau membuang sial. Beberapa juga percaya bahwa candi ini menyimpan benda-benda pusaka atau benda-benda gaib yang dapat menarik keberuntungan. Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung mitos-mitos ini, namun kepercayaan tersebut masih bertahan dan menjadi bagian dari kebudayaan lokal.

BACA JUGA :  Museum Kebangkitan Nasional Jakarta

Harga Tiket Masuk dan Penginapan

Untuk masuk ke kompleks candi, pengunjung hanya perlu membayar tiket sebesar Rp. 7.000 per orang. Harga tiket ini sama dengan harga tiket masuk candi-candi lain di sekitarnya, seperti Cetho dan Kethek. Tiket ini dapat dibeli di pintu gerbang candi. Meskipun harga tiket cukup terjangkau, pengunjung akan mendapatkan pengalaman yang berharga dengan mengunjungi candi yang memiliki sejarah dan keunikan tersendiri.

Bagi pengunjung yang ingin menginap di sekitar candi, terdapat beberapa pilihan penginapan yang dapat dipilih. Meskipun tidak terdapat hotel, villa, atau cottage mewah, namun terdapat penginapan murah dan homestay yang dapat digunakan oleh pengunjung. Harga sewa permalam rata-rata sekitar Rp. 50.000 per kamar, dengan bonus air panas gratis untuk mandi. Namun, pengunjung perlu memastikan ketersediaan makan malam, karena tidak ada warung atau toko yang buka setelah maghrib. Jadi, sebaiknya pengunjung membeli makanan terlebih dahulu sebelum berkunjung ke candi ini.

Candi Sukuh merupakan tempat wisata yang menarik dengan sejarah yang panjang dan keunikan yang membedakannya dari candi-candi lainnya. Meskipun infrastruktur dan fasilitas di sekitar candi masih terbatas, namun pengunjung dapat menikmati pengalaman yang berharga dengan mengunjungi candi ini. Dengan harga tiket yang terjangkau dan pilihan penginapan yang murah, candi ini menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menjelajahi sejarah dan kebudayaan Indonesia.


Raka Andhika

Raka adalah seorang penulis blog perjalanan yang bersemangat dan kreatif. Raka memiliki kecakapan dalam menulis narasi perjalanan yang menarik dan informatif. Sejak usia muda, Raka sudah memiliki kegemaran menjelajahi tempat-tempat baru dan berinteraksi dengan berbagai budaya, yang kemudian mendorongnya untuk membagikan pengalaman tersebut melalui tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *