Lawang Sewu, Bangunan Paling Angker Kedua di Asia. Berani Coba?
Gedung Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan megah yang ada di kota Semarang, tepatnya berada di sebelah timur Bundaran Tugu Muda atau jalan Pemuda di pusat kota. Nama Lawang Sewu diambil dari bahasa Jawa, Lawang artinya pintu dan Sewu artinya seribu. Jadi kalau secara lengkap bisa diartikan sebagai Gedung Pintu Seribu.
Gedung Lawang Sewu memang dibangun oleh pihak Belanda yang bertujuan mendirikan kantor dan gudang untuk keperluan perusahaan kereta api. Karena itulah gedung tersebut dibuat dengan banyak pintu agar akses menuju ruangan lain bisa lebih mudah, sehingga urusan antar pegawai kantor bisa cepat selesai. Tentunya zaman dulu dalam membangun gedung tersebut membutuhkan biaya yang sangat mahal sehingga bangunan gedung bisa awet sampai sekarang.
Tentu saja semua konstruksi gedung menggunakan bahan-bahan bangunan yang berkualitas pada saat itu dan hasilnya bangunan tersebut bisa tetap berdiri kokoh hingga saat ini. Jika sekarang membangun gedung seperti itu, mungkin akan menghabiskan dana sampai puluhan milyar. Bentuk gedung memang tidak seperti kebanyakan kantor seperti saat itu, karena sedikit berbeda dengan gedung-gedung kantor Belanda yang ada di Jakarta. Gedung Lawang Sewu lebih menonjolkan akan keindahan daripada sekedar bangunan untuk gudang dan sebagai pusat perkantoran. Karena keindahannya, gedung ini memang pantas dijadikan sebagai tempat wisata yang menyimpan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Selain itu, gedung ini juga banyak menyimpan cerita misteri karena didalam bangunan tersebut terdapat ruang penjara serta ruang penyiksaan yang dianggap angker dan banyak ditemukan hal yang ganjil dalam ruangan tersebut. Namun hal ini tidak menyurutkan para wisatawan untuk berkunjung ke Gedung Lawang Sewu dan bahkan banyak juga yang datang di malam hari. Selain itu, banyak juga yang menggunakan lokasi gedung sebagai tempat pemotretan prewedding. Ternyata sudah banyak masyarakat Indonesia yang tidak terlalu memikirkan hal-hal yang mistis seperti pada zaman dahulu. Bahkan halaman tengah gedung Lawang Sewu pernah digunakan sebagai tempat pesta pernikahan di malam hari.
Hal ini karena kondisi museum memang sangat bersih dan rapi serta nyaman digunakan sebagai tempat wisata apa saja, baik untuk hiburan ataupun kegiatan resmi. Situasi di dalam gedung memang sangat bersih dan para pengunjung tidak akan menemukan sampah di dalam ruangan gedung. Kotak-kotak sampah disediakan pada setiap sudut teras agar para pengunjung bisa membuang sampah pada tempatnya. Tentu saja pihak pengelola gedung Lawang Sewu senantiasa merawat dengan baik agar bangunan ini bisa membuat nyaman bagi para pengunjung. Kondisi cat gedung juga selalu diperbarui sehingga tidak tampak seperti bangunan lama agar kondisi bangunan selalu terlihat seperti gedung baru. Situasi pada malam hari juga sangat terang karena banyak sekali lampu yang dipasang. Hal itu tentu saja mengurangi kesan angker yang sudah tertanam dalam pikiran masyarakat mengenai gedung tersebut. Kondisi taman selalu ditata dengan rapi untuk menambah keindahan gedung dan merawat setiap tanaman yang tumbuh di sekitar bangunan.
Memasuki halaman gedung, para pengunjung akan melihat koleksi lokomotif kereta api tua yang dahulu pernah beroperasi di wilayah Semarang. Kereta api tersebut berwarna hitam dan kondisinya masih bagus karena selalu mendapatkan perawatan yang baik dari pengelola gedung. Letak lokomotif tersebut berada di halaman sebelah utara gedung dan berdiri di atas bangunan tinggi sekitar 50 cm. Pintu masuk ke gedung Lawang Sewu berada di sebelah selatan dan sudah ada petugas yang siap untuk menerima tiket masuk sebagai tanda bukti pembayaran tiket.
Memasuki ruangan gedung lantai 1 terdapat museum kereta api yang memiliki koleksi gambar dan wallpaper tentang kereta api. Ada juga foto yang disertai dengan tulisan mengenai sejarah kereta api bangsa Indonesia. Ada juga koleksi mesin dengan tuas yang dulu digunakan untuk memindahkan rel kereta api. Selain itu, terdapat pula foto dan artikel tentang sejarah terbentuknya perusahaan kereta api di Indonesia. Kapan mulai perusahaan kereta api berdiri dan bagaimana kronologi perjalanan dari masa kemerdekaan sampai sekarang.
Di halaman luar ruangan, terdapat sebuah koleksi kereta api berwarna biru dan ukurannya sedang, seperti kereta mini yang ada di pasar malam. Di ruangan lainnya terdapat koleksi miniatur lokomotif kereta api zaman dahulu yang masih menggunakan bahan bakar tenaga uap. Koleksi miniatur ini diletakkan dalam ruangan kaca yang ditempelkan pada tembok sehingga bisa mudah terlihat. Selain itu, ada pula koleksi mesin ketik pada zaman dahulu dan ada juga mesin telegram yang bentuknya masih berukuran besar. Di ruangan lainnya terdapat koleksi baju-baju seragam perusahaan kereta api Indonesia yang dipakai pada beberapa patung dalam lemari kaca. Di depan setiap patung tersebut, terdapat sebuah kertas dan tulisan tentang keterangan dan sejarah mengenai seragam yang digunakan perusahaan kereta api. Selain itu, ada juga koleksi foto-foto kereta api zaman dahulu yang pernah digunakan di Indonesia.
Terdapat pula keterangan bahwa pembangunan gedung dimulai pada tahun 1904 dan pembangunan selesai tahun 1907. Ternyata pembangunan gedung besar dengan arsitektur mewah tersebut membutuhkan waktu sampai 3 tahun. Dalam keterangan itu disebutkan bahwa Gedung Lawang Sewu pada awalnya digunakan sebagai kantor dari Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). NIS adalah sebuah perusahaan pemerintah Hindia Belanda yang menangani masalah transportasi kereta api. Dalam nama perusahaan tersebut, terdapat sebuah kata Spoorweg yang artinya kereta api. Kemudian kata Spoorweg digunakan masyarakat Jawa untuk menyebut kereta api sampai sekarang. Kata Spoorweg juga disingkat menjadi Spoor dan berubah ejaan hurufnya menjadi sepur sampai sekarang.
Pada tahun 1942-1945, gedung Lawang Sewu dimanfaatkan penjajah Jepang sebagai kantor perusahaan transportasi yang bernama Riyuku Sokyoku atau Dinas Perhubungan Kereta Api. Pada waktu itu, perlawanan bangsa Indonesia juga dilakukan untuk mengusir penjajah Jepang agar keluar dari gedung ini sehingga terjadi pertempuran hebat selama 5 hari pada bulan Oktober 1945. Pertempuran tersebut memakan banyak korban dan ada puluhan jenazah para pejuang dimakamkan di halaman gedung Lawang Sewu. Setelah gedung dikelola oleh pemerintah, jenazah para pahlawan kemudian dipindahkan ke makam pahlawan.
Setelah Indonesia merdeka, gedung Lawang Sewu digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI). Namun perusahaan Kereta Api Indonesia hanya setahun saja karena penjajah Belanda datang lagi dengan agresi militernya. Selanjutnya gedung ini dijadikan markas Belanda karena ingin menjajah Indonesia lagi. Saat penjajah Belanda pergi di tahun 1949, selanjutnya gedung tersebut digunakan sebagai markas Kodam IV Diponegoro untuk keperluan militer. Kodam IV Diponegoro menggunakan gedung tersebut sampai puluhan tahun. Setelah Kodam IV Diponegoro tidak menggunakan gedung ini, selanjutnya gedung Lawang Sewu digunakan untuk Kantor Wilayah atau Kanwil Kementrian Perhubungan Jawa Tengah. Akhirnya pada tahun 1994, gedung Lawang Sewu dikembalikan kepada pihak Perumka sebagai perusahaan kereta api negara dan kemudian namanya berubah menjadi PT.KAI Kereta Api Indonesia (Persero). Selanjutnya pihak PT.KAI melakukan pembenahan untuk mengembalikan kondisi gedung seperti semula karena akan dikembalikan kepada negara. Kemudian pada tanggal 5 Juli 2011, gedung Lawang Sewu diresmikan sebagai Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu.
Banyak sekali sejarah Indonesia yang tersimpan dalam gedung Lawang Sewu sehingga gedung ini sangat berarti bagi masyarakat NKRI. Salah satu sejarah yang tidak bisa dilupakan bangsa Indonesia adalah pertempuran 5 hari di Semarang dari tanggal 14-19 Oktober 1945. Pada saat itu, pemerintah Jepang memang sudah menyerah kepada sekutu, namun tentara Jepang yang ada di Indonesia sepertinya tidak rela jika harus meninggalkan bumi Nusantara. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam persatuan AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api berusaha mengusir penjajah Jepang dari gedung Lawang Sewu. Pihak tentara Jepang yang tergabung dalam kesatuan Kempetai dan Kidobutai tetap berusaha untuk mempertahankan gedung Lawang Sewu dan tidak ingin pulang ke negerinya. Hal ini karena jika tentara Jepang pulang ke negeri Sakura atau berada di Nusantara adalah sama saja karena sama-sama mempertaruhkan nyawanya. Walaupun pulang ke negerinya sendiri, mereka belum tentu selamat, karena bagi tentara Jepang, kalah sama saja dengan mati. Apalagi mereka sudah betah berada di negeri Nusantara yang memiliki udara sejuk dengan penduduk yang ramah.