PERGIMULU.COM

Mau Pergi Liburan Kemana? Cari info di pergimulu.com saja!

10 Gambar Monumen Rawagede Karawang, Sejarah Legenda, Lokasi Alamat, Kronologi Kasus Pembantaian + Latar Belakang

Blog

Heading 2: Monumen Rawagede: Bukti Kekejaman Penjajah Belanda

Monumen Rawagede, yang terletak di Desa Balongsari, kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, adalah sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda. Monumen ini dibangun untuk mengenang pejuang-pejuang di desa tersebut yang gugur dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.

Monumen ini memiliki bentuk kerucut dengan dua lantai, dan di dalamnya terdapat diorama yang menggambarkan makna masa perjuangan. Pada lantai dua, terdapat patung seorang ibu dengan suami dan anaknya yang berwarna kuning emas. Patung ini melambangkan korban pembantaian yang dilakukan oleh pihak Belanda. Sang ibu terlihat sangat sedih karena harus kehilangan suami dan anak lelakinya hanya karena Belanda tidak menemukan tentara BKR.

Di atas patung berwarna kuning emas tersebut, tertera sebuah penggalan puisi berjudul “Karawang Bekasi“, yang menggambarkan tragedi pembantaian yang terjadi di daerah ini. Pada lantai bawah, terdapat diorama yang menggambarkan keadaan tempat tersebut pada waktu itu. Terdapat tiga patung ibu dengan satu anak kecil sedang menangisi suami dan anak-anak mereka yang meninggal secara tragis. Selain itu, terdapat juga tiga patung tentara yang mengenakan seragam dan membawa senjata setelah melakukan eksekusi kepada warga yang tak bersalah.

Monumen Rawagede juga memiliki relief di tembok yang menggambarkan kronologi kejadian tragedi pembantaian tahun 1947. Di sekitar gedung museum, terdapat beberapa tanaman sebagai hiasan serta berbagai pohon yang menjadikan taman ini tempat yang nyaman untuk bersantai.

Heading 3: Makam Pahlawan di Monumen Rawagede

BACA JUGA :  Pandanaran Hotel Simpang Lima, Penginapan Bagus Dengan Fasilitas Lengkap di Tengah Kota Semarang

Di sebelah aula, terdapat makam para korban pembantaian dengan jumlah sekitar 181 jenazah, dan pada masing-masing batu nisan terdapat namanya. Pada awalnya, semua jenazah dikubur di rumah masing-masing, namun kemudian masyarakat berinisiatif untuk membuat pemakaman pahlawan. Tempat penguburan ini diberi nama Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga.

Meskipun jumlah korban sebenarnya lebih dari 400 orang, namun beberapa jenazah lainnya terseret arus sungai ketika dibuang oleh penjajah Belanda. Pemakaman ini sangat terawat dan rapi, dengan ornamen bangunan pada lantai yang memudahkan untuk membersihkannya. Selain itu, suasana di dalam pemakaman juga sangat sejuk karena banyak pohon-pohon besar yang memayungi seluruh lokasi pemakaman.

Pemandangan di makam ini sangat indah dan jauh dari suasana seram. Banyak pengunjung yang mengabadikannya dalam foto dengan kamera mereka. Setiap sisi pemakaman dan monumen juga tertata dengan rapi, dan banyak pengunjung yang mengambil gambar atau foto selfie di tempat ini.

Heading 3: Sejarah Pembantaian di Rawagede

Monumen Rawagede memiliki sejarah yang kelam, yang dimulai dengan pengejaran penjajah Belanda terhadap Kapten Lukas, seorang pejuang BKR yang terkenal gesit dalam merampas senjata penjajah. Kapten Lukas sering kali membuat pusing para penjajah dengan aksi gerilyanya yang memporak-porandakan militer Belanda.

Salah satu mata-mata Belanda melihat Kapten Lukas dan pasukannya melintas ke arah dusun Rawa Gede, namun hanya untuk melewati saja. Hal ini karena sang Kapten tidak mungkin tinggal di dusun tersebut karena daerahnya dikelilingi oleh sawah sehingga sulit untuk menyelamatkan diri.

Kapten Lukas menjadi buronan utama Belanda karena selalu membuat kesulitan bagi penjajah dengan aksi gerilyanya. Pihak penjajah merasa seperti dipecundangi oleh Kapten Lukas meskipun pasukannya memiliki senjata yang terbatas.

BACA JUGA :  The Alimar Hotel Malang, Akomodasi Bernuansa Belanda Yang Punya Skybridge Pertama di Asia

Ternyata, mata-mata Belanda memberikan informasi bahwa Kapten Lukas bermalam di dusun tersebut, dan para penjajah segera berangkat untuk menyerbu malam itu juga. Namun, mereka tidak berhasil menemukan Kapten Lukas.

Belanda yang sudah berjalan kaki semalaman merasa sangat kecewa karena tidak menemukan sang kapten. Mereka melampiaskan kekecewaan mereka kepada warga Rawagede dengan mengumpulkan semua warga laki-laki untuk dieksekusi.

Para penduduk yang bersembunyi di balik rawa dan sungai akhirnya terungkap karena penjajah membawa anjing pelacak. Hal ini membuat penjajah semakin marah, dan banyak penduduk yang ditembak di sekitar sungai.

Suasana pagi buta yang disertai dengan hujan sangat lebat membuat wilayah Rawagede menjadi banjir darah, terutama di daerah sekitar sungai. Banyak mayat yang dibuang ke sungai dan ikut terseret arus, sehingga jenazahnya tidak bisa ditemukan oleh pihak keluarganya.

Kejadian pembantaian ini merupakan salah satu contoh kekejaman penjajah Belanda yang harus diingat oleh generasi sekarang. Monumen Rawagede menjadi bukti nyata tentang pengorbanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dengan adanya Monumen Rawagede, diharapkan generasi muda dapat belajar dan menghargai perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam melawan penjajah. Monumen ini menjadi tempat yang penting untuk mengenang sejarah dan menjaga semangat perjuangan bangsa.


Raka Andhika

Raka adalah seorang penulis blog perjalanan yang bersemangat dan kreatif. Raka memiliki kecakapan dalam menulis narasi perjalanan yang menarik dan informatif. Sejak usia muda, Raka sudah memiliki kegemaran menjelajahi tempat-tempat baru dan berinteraksi dengan berbagai budaya, yang kemudian mendorongnya untuk membagikan pengalaman tersebut melalui tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *