PERGIMULU.COM

Mau Pergi Liburan Kemana? Cari info di pergimulu.com saja!

Menelusuri Jejak Sunan Bonang: Wali 9 yang Memiliki 4 Lokasi Makam

Blog

Lokasi: Bonang, Lasem, Rembang Regency, Central Java 59271, Indonesia
Map: KlikDisini
HTM: –
Buka/Tutup: 09.00–18.00 WIB
Telepon: –

Desa Bonang di Rembang, Jawa Tengah merupakan salah satu destinasi wisata religi yang terkenal. Di desa inilah terdapat makam Sunan Bonang, salah satu dari Wali Songo yang berperan penting dalam menyebarkan syiar Islam di Indonesia. Makam Sunan Bonang menjadi tujuan peziarah yang ingin mengenang jasa beliau dalam memperjuangkan agama Islam.

Siapa Sunan Bonang?

Sunan Bonang, yang memiliki nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim, adalah putra dari Sunan Ampel. Beliau lahir pada tahun 1465 dan wafat pada tahun 1525. Selama hidupnya, Sunan Bonang aktif dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Tuban. Beliau mendirikan pondok pesantren di Tuban dan mendidik para santri untuk menjadi duta agama Islam di Pulau Jawa.

Salah satu kontribusi penting Sunan Bonang dalam penyebaran agama Islam adalah dengan mengubah nama-nama dewa dan tokoh dalam agama Hindu menjadi nama-nama malaikat dan nabi dalam agama Islam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pendekatan dan pengenalan agama Islam kepada masyarakat yang sebagian besar masih memeluk agama Hindu atau Budha.

Sunan Bonang juga pernah belajar di Pasai dan kembali ke Jawa dengan membawa pengaruh agama Islam ke Kerajaan Majapahit. Beliau memiliki misi untuk membangun kerajaan Islam pertama di tanah Jawa dan menjadikan Demak sebagai pusatnya. Konon, beliau juga memiliki hubungan dengan Raden Patah, putra Brawijaya V dari Keraton Majapahit, yang juga memiliki keinginan untuk mengislamkan Jawa.

BACA JUGA :  Lebaran di Mana Ya? Rumah Orang Tua Atau Rumah Mertua? Baca Dulu 5 Tips ini

Makam Sunan Bonang Rembang

Makam Sunan Bonang terletak di Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Rembang. Ketika mengunjungi makam ini, para peziarah akan merasakan nuansa kesederhanaan. Area pemakaman terlihat sederhana, mulai dari bentuk gerbang, pendopo, hingga makamnya sendiri. Tidak terdapat nisan atau atap pelindung di atas makam, hanya terdapat dua tumbuhan yang berada di bawah dan atas gundukan pusara.

Pengurus makam menjelaskan bahwa tidak terdapat batu nisan di makam Sunan Bonang karena hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari hambatan dalam perbaikan makam. Meskipun tidak ada nisan, dua tumbuhan tersebut selalu segar dan tidak pernah mati sejak dulu. Ada juga pagar tembok dengan pintu setinggi satu meter yang menjadi pintu masuk ke kawasan makam.

Haul Sunan Bonang, yang merupakan peringatan wafat beliau, merupakan momen puncak kunjungan peziarah. Haul ini biasanya dilaksanakan pada hari Rabu legi atau Pahing di bulan Dzulqo’dah. Selain itu, ada juga tradisi penjamasan Bendhe Bicak, sebuah gong kecil yang digunakan oleh Sunan Bonang untuk mengumpulkan masyarakat saat beliau melakukan syiar agama Islam.

Ada juga beberapa misteri yang mengelilingi makam Sunan Bonang. Terdapat perbedaan pendapat mengenai lokasi asli makam beliau, apakah di Tuban, Rembang, atau Bawean. Namun, semua lokasi tersebut memiliki nilai sejarah dan menjadi tempat ziarah bagi para peziarah yang ingin menghormati jasa Sunan Bonang.

Rute Jalan Menuju Makam

Ada beberapa rute yang dapat digunakan untuk mencapai makam Sunan Bonang dari berbagai arah. Namun, rute tercepat dari Rembang adalah melalui Jalan Japerejo. Dari Rembang, pengunjung dapat menggunakan Jalan Japerejo menuju Jalan Pamotan melewati area persawahan sekitar 9,5 kilometer. Kemudian, belok kiri dan lurus sekitar 11 meter hingga mencapai Jalan Japerejo. Dari sana, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan hingga mencapai pantura Jalan Raya TubanSemarang sejauh 6 kilometer lagi.

BACA JUGA :  10 Batu Kalimaya Termahal di Dunia, Incaran Para Kolektor!

Misteri Makam Sunan Bonang

Terdapat beberapa lokasi yang dianggap sebagai makam Sunan Bonang, seperti di Tuban, Rembang, dan Bawean. Di Tuban, makam Sunan Bonang terletak di Jalan Kh Mustain, Kutorejo, Tuban. Makam ini memiliki gapura dengan kaligrafi dan piring-piring keramik. Konon, makam ini telah dibakar dua kali namun tetap utuh.

Di Rembang, makam Sunan Bonang berada di kaki bukit dan petilasan beliau berupa batu terletak di atas bukit. Di Bawean, terdapat dua lokasi yang dipercaya sebagai makam Sunan Bonang yang terletak di tepi pantai. Terakhir, ada juga yang berpendapat bahwa Sunan Bonang wafat di Bawean namun dimakamkan di Tuban setelah para murid yang berasal dari Tuban melakukan sirep pada para murid yang berasal dari Bawean.

Tak peduli lokasi asli makam Sunan Bonang, yang terpenting adalah menghormati jasa beliau dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Para pengunjung tidak hanya mengunjungi makam Sunan Bonang, tetapi juga beberapa makam Wali Songo lainnya di sekitar Jawa seperti Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, dan lainnya.

Kesimpulan

Makam Sunan Bonang di Desa Bonang, Rembang merupakan salah satu destinasi wisata religi yang terkenal di Jawa Tengah. Sunan Bonang, sebagai salah satu Wali Songo, berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Makamnya menjadi tempat ziarah dan penghormatan bagi para peziarah yang ingin mengenang jasa beliau.

Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai lokasi asli makam Sunan Bonang, semua lokasi tersebut memiliki nilai sejarah dan menjadi tempat kunjungan peziarah. Rute menuju makam dapat diakses melalui Jalan Japerejo dari Rembang. Selain itu, terdapat pula beberapa misteri yang mengelilingi makam Sunan Bonang.

BACA JUGA :  20 Hotel di Malang, Harga Murmer Mulai Rp.150.000

Dalam mengunjungi makam Sunan Bonang, penting bagi para pengunjung untuk menghormati dan menghargai jasa beliau dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Jangan lupa pula untuk mengunjungi makam-makam Wali Songo lainnya yang berada di sekitar Jawa Tengah.


Raka Andhika

Raka adalah seorang penulis blog perjalanan yang bersemangat dan kreatif. Raka memiliki kecakapan dalam menulis narasi perjalanan yang menarik dan informatif. Sejak usia muda, Raka sudah memiliki kegemaran menjelajahi tempat-tempat baru dan berinteraksi dengan berbagai budaya, yang kemudian mendorongnya untuk membagikan pengalaman tersebut melalui tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *