Alun Alun Bandung
Heading 2: Mengenal Alun-alun Bandung sebagai Pusat Aktivitas Kota
Alun-alun Bandung adalah pusat dari kota Bandung dan menjadi penanda bahwa di sinilah pusat segala aktivitas dari kota Bandung pada jaman dulu. Alun-alun ini berada di area sebidang tanah yang cukup luas. Dan di sekitar alun-alun ini berdiri bangunan yang cukup megah dengan bentuk yang indah, menjadi salah satu ciri khas dari jaman kolonial tempo dulu. Alun-alun Bandung ini letaknya berada di dekat Grote postweg.
Bandung di era walikota sekarang ini yang dipegang oleh Bapak Ridwan Kamil memang terus mempersolek dan terus mempercantik diri. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk mengembalikan citra dari Bandung yang sudah sangat populer dan juga terkenal di era penjajahan Belanda. Dan proses renovasi kota ini juga membawa alun-alun Bandung berubah menjadi sebuah kawasan wisata yang cukup cantik. Pada awalnya alun-alun Bandung ini memang tidak terjamah alias kurang terawat. Bahkan fungsinya sendiri tidak bekerja dengan maksimal. Berbeda dengan Yogyakarta yang memiliki alun-alun yang cukup indah. Seiring berjalannya waktu, alun-alun Bandung akhirnya mampu memberikan identitas diri dan juga menjadi salah satu landmark dari kota Paris Van Java ini.
Alun-alun Bandung memiliki nilai historis dan juga menjadi salah satu tonggak sejarah berdirinya kota Bandung ini. Di saat pertama kali kota Bandung ini berdiri, kuda merupakan salah satu hewan peliharaan yang memiliki peran cukup penting. Ketika itu kuda menjadi satu-satunya alat transportasi yang digunakan untuk keperluan kenegaraan, salah satunya adalah untuk mengantarkan surat kepada kantor atau markas administratif Belanda. Dan jika menempuh perjalanan yang cukup jauh, biasanya sang petugas akan membutuhkan kuda-kuda lain. Sehingga sangat wajar di kala itu dibutuhkan kuda pengganti untuk mengantarkan surat. Dan biasanya kuda pengganti ini selalu siap sedia berada di pos pengganti guna menggantikan peran dari kuda pertama yang berangkat terlebih dahulu. Pada masa itu salah satu pos untuk kuda pengganti ini berada di jalan raya pos, letaknya berdekatan dengan gedung kantor pos besar Bandung yang sekarang ini letaknya berada di jalan Banceuy.
Jalan Banceuy ini awalnya dari kata Oude Kerkhoffweg. Hal ini disebabkan tempat tersebut pada waktu ini merupakan kuburan orang atau penduduk china yang tinggal di kota Bandung. Sekarang ini area tersebut sudah berubah menjadi tempat untuk menjual aneka onderdil atau suku cadang mobil dan listrik. Dan kuda-kuda ini berada di area alun-alun yang dahulu kala memang difungsikan untuk penggantian kuda-kuda. Dahulu kala nama area ini bukan alun-alun. Ada asal-usul menarik yang beredar di sekitar masyarakat. Pada masa kolonial, setiap Opsir Belanda yang ketika itu hendak berkunjung ke Keraton yang berada di Bandung dan juga Kabupaten serta Kawedanan biasanya akan didampingi oleh para Pejabat lokal. Para opsir ini diantar menggunakan kereta kuda atau bendi. Ketika mendekati area tersebut, biasanya Pejabat Lokal ini akan berteriak ALON-ALON yang artinya pelan-pelan atau perlahan dalam bahasa Jawa. Teriakan ini ditujukan kepada sang kusir. Ketika itu para Opsir atau perwira Belanda sulit untuk mengingat lokasi dan juga nama dari area yang mereka datangi. Pasalnya menggunakan bahasa daerah dan juga bahasa Jawa. Area Kraton yang mereka singgahi akhirnya diberi nama ALOON-ALOON sesuai perkataan para pejabat lokal. Pasalnya hanya area Kraton, Kabupaten dan Kawedanan saja yang menggunakan pejabat lokal untuk mengantarnya. Nama ini yang akhirnya digunakan oleh pemerintah setempat untuk memberi nama daerah di pusat kota. Bahkan di daerah Blitar dan juga Ponorogo sendiri area pusat kota masih menggunakan nama Aloon-aloon. Sementara untuk area Bandung, Jogja dan sekitarnya menggunakan nama Alun-alun. Jadi nama alun-alun ini berasal dari bahasa Jawa yang diserap oleh orang Belanda.
Alun-alun sendiri memiliki bentuk sepetak tanah berbentuk segi empat yang berada di tengah kota. Dan juga kata alun ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris memiliki arti Square atau Quadrado. Sementara dari filsafat untuk tata ruang Jawa yang luhur sendiri alun-alun harus dibangun dengan mengedepankan konsep dari Catur Sagotra dan juga Catur Gatra Tunggal. Yang artinya memiliki Empat Elemen dan juga Satu Unit area. Konsep dari alun-alun yang memiliki unsur empat elemen ini harus mengandung unsur Kraton, Masjid, penjara dan juga pasar di area alun-alun tersebut. Di Alun-alun Bandung sendiri diatur dan juga ditata rapi dengan menggunakan konsep Catur Sagotra. Di sini sudah terdapat Kraton, Masjid dan juga penjara atau Banceuy serta pasar. Tata letak ini disebut juga sebagai Arsitektur Tembok Keliling atau Omwallingarsitektur.
Penduduk Bandung tempo dulu memang belum bisa menikmati hiburan seperti bioskop. Akan tetapi pada masa-masa tersebut penduduk Bandung justru mendapatkan tontonan gratis namun sadis. Pada masa tersebut masyarakat Bandung bisa melihat tahanan dihukum mati seperti dihukum gantung di halaman alun-alun. Hukuman gantung ini sendiri menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat pribumi di Bandung.
Pendopo yang terdapat di Kabupaten Bandung ini juga memiliki bentuk dan juga tampilan yang mengedepankan arsitektur tradisional Jawa. Dengan bentuk atap yang memiliki bentuk Joglo Tumpang Tiga. Pendopo ini dibangun pada tahun 1850 yang merupakan kediaman resmi dari Bupati Wiranatakusumah II yang memimpin pada era 1810 M. Sementara di bagian yang mengarah ke pendopo ke arah utara dari kota Bandung ini merupakan bentuk dari penghormatan kepada gunung-gunung. Hal ini juga memberikan bentuk apresiasi kepada kesucian dari gunung-gunung tersebut. Di area dalam pendopo sendiri terdapat Ruang Arab yang memiliki banyak hiasan yang menggunakan unsur-unsur Arab, salah satunya dengan adanya lukisan kaligrafi. Disamping itu area ini sudah dilengkapi dengan tempat pemeliharaan ikan yang sangat luas. Dan penduduk sekitar memberi nama kolam atau tempat pemeliharaan ikan ini dengan nama Balong Gede atau kolam besar. Lahan di area kabupaten sendiri cukup luas dengan adanya nama jalan di belakang kabupaten dengan nama Jl. Pungkur atau Pengker yang memiliki arti Belakang dalam kitab bahasa Sunda.
Sementara pohon Beringin menjadi salah satu pohon yang disucikan bagi umat Hindu. Pohon Beringin atau bahasa lainnya adalah waringin merupakan salah satu pohon yang disucikan oleh kaum Hindu. Sama halnya dengan pohon Bodi yang disucikan oleh umat Buddha. Hal ini yang membuat disetiap alun-alun selalu terdapat pohon beringin yang cukup tinggi dan rindang. Hal ini disebabkan untuk menghormati umat Hindu yang merupakan agama yang dianut oleh raja-raja terdahulu. Penghormatan kepada leluhur dibuktikan di alun-alun ini. Di Alun-alun Bandung ini juga memiliki pohon beringin yang bersejarah. Di sini terdapat pohon Beringin yang ditanam pada tanggal 18 September 1898. Pohon ini ditanam guna memperingati pelantikan dari Ratu Belanda Wihelmina. Oleh sebab itu pohon ini diberi nama Wihelmina Boom yang memiliki arti Pohon Wilhelmina. Sementara pohon beringin kedua ditanam pada tahun 1909. Kala itu Ratu Juliana menggantikan sang ibu untuk naik tahta. Dan pohon ini diberi nama Juliana Boom atau Pohon Juliana. Di setiap Alun-alun sendiri harus ditanam minimal 2 pohon beringin besar yang dikurungi atau dikelilingi oleh tembok. Hal ini disebabkan bahwa pohon beringin ini merupakan Songsong atau payung kerajaan. Payung merupakan lambang keperkasaan dan kekuasaan. Dan ternyata pohon Beringin ini memiliki unsur dan juga berhubungan erat dengan jaman kolonial. Pasalnya di tahun 1942, kedua pohon beringin ini yang memiliki usia 50 tahun atau setengah abad ini akhirnya mati. Padahal usia dari pohon beringin sendiri bisa berabad-abad lamanya. Dan uniknya lagi kematian dari pohon beringin ini berbarengan dengan menyerahnya Belanda kepada tentara Jepang yang datang ke Indonesia.
Heading 3: Lokasi yang Strategis dan Fasilitas yang Komplit
Alun-alun Bandung memiliki lokasi yang sangat strategis. Pasalnya letaknya berada di tengah-tengah kota Bandung. Ditambah lagi dengan adanya fasilitas taman yang terbuka dan juga bisa dikunjungi oleh siapapun. Kawasan wisata keluarga alun-alun Bandung ini bisa diakses selama 24 jam dan tidak pernah tutup. Apalagi kawasan wisata keluarga ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi di sekitar kawasan wisata ini para wisatawan bisa mengunjungi aneka kawasan wisata sejarah, dan juga kawasan wisata belanja yang bisa diakses dengan mudah. Belum lagi kawasan wisata kuliner yang sangat komplit dan juga lengkap di sini.
Alun-alun Bandung ini sudah mengalami perombakan dan juga renovasi beberapa kali dan terakhir di tahun 2014. Alun-alun Bandung ini kembali diresmikan setelah selesai direnovasi pada tanggal 31 Desember 2014. Alun-alun Bandung sekarang ini sudah menyediakan aneka fasilitas yang sangat komplit. Mulai dari tempat bermain untuk anak, area parkir, perpustakaan dan tentu saja tidak lupa free wifi yang siap memanjakan para kawula muda yang berada di sekitar taman ini. Area ini memiliki luas sekitar 1.200 meter persegi yang sudah terbungkus rapi dengan rerumputan hijau yang sangat bersih dan juga lembut. Tentu saja membuat kawasan wisata ini sangat pas untuk dikunjungi bersama keluarga.
Selain itu, tempat sampah juga sudah banyak ditemui di kawasan wisata ini. Pasalnya Bandung memang terkenal dengan tumpukan sampah di sekitar jalan utama. Guna menjaga kelestarian, keindahan, serta kebersihan di sekitar Alun-alun Bandung, tentu saja tempat sampah menjadi salah satu fasilitas yang penting. Meski para pengunjung kadang masih suka sembrono, setidaknya adanya tempat sampah bisa memberikan kesadaran diri kepada para pengunjung yang datang.
Heading 3: Wisata Kuliner di sekitar Alun-alun Bandung
Seperti yang sudah disebutkan di awal, di sekitar kawasan wisata keluarga Alun-alun Bandung ini banyak terdapat wisata kuliner. Ada beberapa tempat favorit yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan terutama yang membawa keluarga untuk menikmati aneka sajian kuliner.
Salah satu tempat yang sangat terkenal adalah warung nasi Ibu Imas. Warung nasi Ibu Imas ini namanya memang sudah sangat terkenal di seantero Bandung. Bisa dikatakan hampir semua masyarakat Bandung mengenal rumah makan milik Ibu Imas ini. Selain itu, warung makan ini cukup terkenal bagi kalangan mahasiswa karena harganya yang sangat cocok untuk kantong mahasiswa. Warung Nasi Ibu Imas ini memiliki menu sajian khas kuliner Sunda yang nikmat dan juga lezat. Dari segi pilihan, Warung Nasi Ibu Imas ini menyajikan menu yang cukup banyak. Salah satu menu favorit bagi para masyarakat dan juga mahasiswa adalah menu ayam goreng dan juga ayam bakar. Selain itu juga tersedia menu lain seperti petai, tempe, tahu, dan juga lalapan berupa sayuran yang tentu saja bisa menggugah selera makan.
Selain Warung Nasi Ibu Imas, kuliner lain yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan adalah Mie Linggar Jati. Mie Linggar Jati ini berada di sebuah jalan sempit yang bernama Jalan Balong Gede. Jalan ini berada tepat di depan Alun-alun Bandung. Mie yang satu ini menjadi salah satu warung mie yang sangat legendaris di seantero Bandung dan sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Alasan mengapa Mie Linggar Jati cukup terkenal disebabkan tekstur mie yaminnya yang cukup lezat dan juga lembut. Ditambah lagi dengan adanya potongan daging cincang yang sangat banyak dan juga semangkuk babat kuah hangat yang membuat perpaduan semakin sempurna. Selain mie, Linggar Jati ini juga sangat terkenal dengan es alpukatnya. Potongan alpukatnya sangat besar dan dijamin sangat puas bagi yang menyantapnya.
Bagi yang ingin menikmati kopi sembari melihat keindahan Alun-alun Bandung, Warung Kopi Purnama bisa menjadi pilihan. Tempatnya berada di sekitar kawasan Braga yang tidak jauh dari Alun-alun Bandung. Meski tempatnya cukup kecil, antusias para pengunjung untuk menikmati kopi di sini tidak kunjung surut. Warung Kopi Purnama ini memiliki gaya arsitektur yang sangat unik. Di dalamnya juga terdapat beberapa susunan dari meja dan juga kursi yang terbuat dari kayu dengan finishing seadanya sehingga memperlihatkan bentuk vintage dan juga unik. Sementara untuk area dinding sendiri ditempel aneka poster serta foto-foto hitam putih yang semakin menggambarkan kesan klasik dan retro. Para pengunjung bisa melihat bagaimana perkembangan Bandung dari masa ke masa melalui foto-foto ini. Sembari menikmati kopi, tentu saja bisa menjadi pilihan yang pas.
Dengan lokasi yang strategis dan fasilitas yang komplit, Alun-alun Bandung menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat menarik. Para wisatawan bisa menikmati keindahan alam, sejarah, dan budaya yang ditawarkan oleh kota Bandung. Selain itu, wisata kuliner di sekitar alun-alun juga sangat beragam dan menggugah selera. Dengan begitu, mengunjungi Alun-alun Bandung akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi para wisatawan.