Benteng Kuto Besak
Sejarah Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan Kota Palembang. Benteng ini dibangun pada tahun 1780 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I dari Kesultanan Palembang. Kemudian, setelah Sultan Mahmud Badaruddin I meninggal, putranya, Sultan Mahmud Bahauddin melanjutkan pembangunan dan pengembangan Benteng Kuto Besak.
Pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Bahauddin, Kesultanan Palembang mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang. Palembang menjadi pusat perdagangan internasional dan salah satu sentra agama di Nusantara. Benteng Kuto Besak menjadi simbol kebesaran dan kejayaan Kesultanan Palembang pada masa itu.
Dalam proses pembangunannya, tidak diketahui secara pasti siapa arsitek yang merancang Benteng Kuto Besak. Namun, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan dipercayakan kepada warga keturunan Tionghoa. Mereka menggunakan batu bata yang direkatkan dengan batu kapur dari Pedalaman Sungai Ogan yang dicampur dengan putih telur. Proses pembangunan benteng ini memakan waktu sekitar 17 tahun sebelum akhirnya selesai pada tanggal 21 Februari 1797.
Benteng Kuto Besak dibangun di atas sebuah pulau yang dikelilingi oleh beberapa sungai, seperti Sungai Musi, Sungai Sekanak, Sungai Tengkuruk, dan Sungai Kapuran. Namun, saat ini hanya Sungai Musi dan Sungai Sekanak yang masih ada, sedangkan yang lainnya sudah mengering. Benteng ini memiliki struktur bangunan yang kokoh dan terdiri dari beberapa bagian.
Struktur Bangunan Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 288,75 x 183,75 meter persegi. Pada setiap sudut benteng terdapat bastion dengan bentuk trapesium di sudut timur, utara, dan selatan, sedangkan bastion di sudut barat memiliki bentuk segi lima.
Benteng ini memiliki tiga pintu gerbang, yaitu pintu gerbang utama yang berada di sisi tenggara, serta pintu gerbang tambahan yang ada di sisi barat laut dan timur laut. Di sepanjang dinding benteng terdapat celah intai yang semakin dalam dan mengecil.
Sisi depan benteng terdapat “tangga dalem” yang digunakan Sultan untuk menuju ke dermaga Sungai Musi. Di ujung tangga dalem terdapat “tangga raja” yang merupakan gerbang dengan atap berbentuk limas. Di depan Benteng Kuto Besak terdapat alun-alun yang dinamakan “meidan” dan meriam-meriam yang berjajar di dekat pintu gerbang utama.
Sisi dalam benteng disebut “rumah sirah” atau “dalem” yang merupakan tempat tinggal Sultan. Di dalam dalem terdapat beberapa bangunan yang dikelilingi oleh tembok berlapis dua. Salah satu bangunan dalam dalem digunakan oleh Sultan untuk melihat Sungai Musi dan seluruh area keraton. Di bagian belakang dalem terdapat bangunan keputren yang dilengkapi dengan pemandian berbentuk segiempat.
Setelah Kesultanan Palembang Darussalam tidak lagi berkuasa, Palembang menjadi daerah administrasi yang dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda. Benteng Kuto Besak kemudian dijadikan pusat pemerintahan dan juga digunakan sebagai instalasi militer serta tempat tinggal para perwira militer dan pejabat pemerintahan Hindia-Belanda.
Pada tahun 1930-an, di bagian selatan benteng dibangun rumah sakit yang masih berdiri hingga saat ini dengan nama RS AK Gani. Bagian dalam benteng kini dimanfaatkan oleh Komando Daerah Militer (KODAM) II Sriwijaya. Hal ini menyebabkan pengunjung tidak dapat masuk ke dalam dan melihat seluruh bagian benteng secara langsung.
Menikmati Keindahan Plaza Benteng Kuto Besak
Plaza Benteng Kuto Besak (KBK) merupakan tempat yang sangat populer di Kota Palembang. Tempat ini menawarkan pemandangan yang indah dan suasana yang romantis, terutama pada sore dan malam hari. Dari sini, pengunjung dapat melihat keindahan Kota Palembang, mulai dari hamparan Sungai Musi yang dilintasi oleh kapal-kapal hingga landmark Kota Palembang seperti Jembatan Ampera.
Plaza KBK juga menjadi tempat favorit bagi warga setempat untuk berkumpul dan menikmati berbagai macam kuliner. Di sekitar Plaza KBK, terdapat pedagang kaki lima yang menawarkan makanan dan minuman tradisional Palembang. Salah satu yang cukup terkenal adalah pedagang mie tektek yang menggunakan tempat duduk berwarna-warni yang menarik perhatian.
Selain itu, di dekat Plaza KBK terdapat dermaga point yang merupakan pelabuhan dekat Benteng Kuto Besak. Dermaga ini diisi oleh sejumlah tenant yang menjual berbagai macam makanan franchise seperti ayam goreng, donat, roti, dan pizza. Tempat ini juga menjadi favorit anak muda untuk nongkrong dan melihat kapal-kapal yang keluar masuk dari Sungai Musi.
Bagi yang ingin menghabiskan waktu dengan suasana yang berbeda, restoran terapung “River Side” bisa menjadi pilihan. Restoran ini menawarkan makanan yang lezat dan suasana yang romantis dengan Sungai Musi sebagai latar belakang. Terutama pada malam hari, suasana yang dihadirkan oleh kerlap-kerlip lampu kapal di tengah Sungai Musi menambah suasana romantis di restoran ini.
Untuk menikmati keindahan Sungai Musi lebih dekat, pengunjung dapat menyewa kapal dari para nelayan. Dengan harga sewa sebesar Rp.50.000, pengunjung dapat berkeliling Sungai Musi menggunakan kapal. Kapasitas kapal tersebut dapat menampung hingga 10 orang, sehingga bisa dijadikan pilihan untuk berkeliling bersama rombongan.
Kesimpulan
Benteng Kuto Besak merupakan salah satu landmark yang penting dan menjadi kebanggaan masyarakat Palembang. Dengan sejarah yang kaya dan struktur bangunan yang kokoh, benteng ini menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Plaza Benteng Kuto Besak (KBK) juga menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh warga setempat. Di sini, pengunjung dapat menikmati pemandangan Kota Palembang yang indah dan berbagai macam kuliner tradisional. Selain itu, dermaga point dan restoran terapung “River Side” juga menjadi tempat yang populer untuk menikmati suasana Sungai Musi.
Dengan segala keindahan dan sejarahnya, Benteng Kuto Besak merupakan tempat yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang berkunjung ke Kota Palembang. Tidak hanya sebagai objek wisata, benteng ini juga menjadi simbol kejayaan dan kebesaran Palembang pada masa lampau.